“Dan sesungguhnya Akhirat itu lebih baik bagimu
daripada yang sekarang (permulaan) dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya
kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.” (QS. Ad Dhuha [93]: 4-5)
Ada
dua macam amalan dalam islam, yaitu
amalan lahiriyah dan amalan bathin. Keduanya memiliki peranan yang penting
dalam pembentukan pribadi yang sholih dan mulia. Keduanya pun harus saling
mendukung. Bila tidak ada salah satunya, maka seseorang tidak akan dikatakan
sempurna keislamannya, bahkan bisa menyebabkan seseorang masuk ke dalam neraka.
Ada satu peristiwa yang menceritakan tentang
seorang sahabat anshar yang memiliki kelebihan dan keutamaan dalam amalan
bathin. Dari Anas bin Malik ra berkata : “Pada suatu hari kami sedang
duduk-duduk bersama Rasulullah saw. Beliau bersabda,”Saat ini akan muncul kepada kalian seorang lelaki dari kalangan
penghuni surga.” Tiba-tiba muncul seorang laki-laki dari kalangan sahabat
Anshar, jenggotnya masih meneteskan bekas air wudhu, sedang tangan kirinya
memegang kedua sendalnya. Perkataan ini diucapkan beliau selama tiga hari.
Rasulullah
saw. Kemudian berdiri dan kami pun bubar. Pada saat itulah Abdullah buin Amru
bin Ash mengikuti laki-laki Anshar yang tiga kali muncul dihadapan kami setelah
disabdakan oleh Nabi saw.. Abdullah bin Amru menemui laki-laki Anshar tersebut
dan meminta izin untuk menginap di rumahny. Lalu diizinkan.
Anas
bin Malik berkata: “Abdullah bin Amru bin Ash telah menceritakan bahwa ia telah
menginap di rumah sahabat Anshar tersebut selama tiga malam. Selama itu,
Abdullah bin Amru tidak pernah melihatnya sedikitpun melakukan shalat malam.
Jika ia terbangun di waktu malam, ia hanya membolak-balikan badannya di atas
ranjangnya, berdzikir, dan bertakbir. Ia baru bangun kembali bila waktunya
melaksanakan shalat subuh.”
Abdullah bin Amru berkata, “Hanya
saja aku tidak pernah berbicara kecuali hal-hal yang baik. Tiga malam telah
berlalu dan aku hamper saja menganggap remeh amal perbuatannya. Maka akupun
bertanya,”Amalan apa yang menyampaikanmu kepada kedudukan yang telah disabdakan
oleh Rasulullah?”
Lelaki
Anshar itu menjawab,”Amal kebaikanku hanyalah amal yang telah engkau lihat. Hanya
itu amalku.”
Abdullah
bin Amru berkata: “Ketika aku hendak berjalan pulang, tiba-tiba laki-laki
Anshar itu memanggilku kembali dan berkata: “Amalku hanyalah amal yang telah
engkau lihat. Namun di dalam jiwaku sama sekali tidak terbetik rasa ghisy (tidak
tulus) terhadap seorang muslim pun, dan aku juga tidak pernah iri kepada
seorangpun atas sebuah nikmat yang Allah karuniakan k epadanya.”
Mendengar
penuturan tersebut, Abdullah bin Amru berkata, “Inilah sebenarnya amalan yang
telah mengantarkanmu kepada kedudukan tersebut. Dan justru inilah amaln yang
kami belum sanggup melakukannya.” (HR Ahmad)
Catatan
Ghisy
merupakan sikap tidak tulus, tidak bersikap jujurr, dan cenderung memiliki ‘ganjalan’
atau ‘kedengkian’ dalam hati terhadap kaum muslim lainnya. Jika ia member saran
kepada saudaranya, maka saran itu tidak sepenuhnya baik, bahkan cenderung
berisi hal-hal yang mestinya tidak dilakukan.
0 komentar: